Indonesia Berkeinginan untuk Perjanjian Perdagangan Preferensial dengan Rwanda dan Komunitas Afrika Timur

Jakarta. Indonesia sedang menggali kemungkinan untuk mengadakan perjanjian perdagangan preferensial dengan Rwanda dan Komunitas Afrika Timur (EAC).

Indonesia menyatakan niatnya untuk meningkatkan perdagangan dengan negara-negara Afrika ketika Menteri Luar Negeri Retno Marsudi menyambut rekan sejawatnya dari Rwanda, Vincent Biruta, di Jakarta pada hari Kamis. Retno mengatakan kepada Biruta bahwa perdagangan antara Indonesia dan Rwanda masih memiliki potensi pertumbuhan yang besar karena angka perdagangan telah pulih secara stabil setelah pandemi.

“Kami membahas pendirian PTA antara Indonesia dan Rwanda dan menjajaki kemungkinan pendirian PTA antara Indonesia dan EAC,” kata Retno kepada wartawan setelah pertemuan dengan Biruta.

Blok ekonomi EAC mencakup Kongo, Kenya, Somalia, Burundi, Rwanda, Sudan Selatan, Uganda, dan Tanzania.

Perjanjian perdagangan preferensial — yang juga dikenal sebagai PTA — akan membantu Indonesia membuka pasar-pasar non-tradisional. Namun, pengurangan tarif dalam PTA tidak sebesar dalam perjanjian kemitraan ekonomi komprehensif. PTA biasanya mengurangi atau menghilangkan tarif pada barang-barang tertentu.

Sebelumnya pada hari itu, Retno dan Biruta menandatangani nota kesepahaman (MoU) tentang kerjasama umum, dengan perdagangan termasuk dalam cakupan kesepakatan yang disepakati. Retno menambahkan: “MoU ini mencakup, antara lain, perdagangan, pertanian, industri, energi, dan pertambangan.”

Negara-negara Afrika masih jauh dari menjadi mitra perdagangan utama Indonesia, karena perdagangan dengan negara-negara EAC belum melampaui angka seratus juta dolar. Sebagai contoh, perdagangan antara Indonesia dan Rwanda hanya mencapai $1,4 juta sepanjang tahun 2023, meskipun ini merupakan peningkatan dibandingkan dengan $700.000 yang tercatat tahun sebelumnya. Data dari Kementerian Perdagangan menunjukkan perdagangan antara Indonesia dan Uganda mencapai $21,7 juta pada tahun 2023.

Ini bukan kali pertama Indonesia mengungkapkan minatnya dalam perjanjian perdagangan dengan Rwanda. Pada tahun 2022, Jokowi mengusulkan kemungkinan perjanjian semacam itu kepada rekan sejawatnya dari Rwanda, Paul Kagame, di sela-sela KTT G20 di Bali.